Selasa, 20 Maret 2012

Tatapan Nakal Gadis Indonesia

Berikut gadis-gadis Indonesia yang nakal, bugil, mamerin tubuh gilanya






Sumber
Baca Selengkapnya >>

Nikmatnya Tubuh Tetanggaku - Cerita Dewasa

Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang pulang untuk liburan. Di suatu hari yang cerah, saya sedang berbaring untuk mencoba tidur siang. Ternyata ibu memanggilku dari luar. Segera saya beranjak dari tempat tidur untuk menemuinya, dan ternyata ibu memintaku untuk mengantarkan sebuah bungkusan untuk diserahkan ke teman arisannya. Tanpa banyak tanya saya segera bergerak ke alamat yang dituju yang tidak berbeda jauh dari rumahku. Sesampainya di sana aku melihat sebuah rumah yang besar dengan arsitektur yang menawan.

Aku segera memijit bel di pintu pagar rumah tersebut. Tidak beberapa lama keluarlah seorang gadis manis yang memakai kaos bergambar tweety kedodoran sehingga tidak terlihat bahwa gadis itu memakai celana, walaupun akhirnya saya melihat dia memakai celana pendek.

Singkat kata saya segera bertanya tentang keberadaan teman ibu saya.
"Hmm..., sorry nih, Ibu Raninya ada?, saya membawa kiriman untuk beliau", tanyaku.
"Wah lagi pergi tuh, Kak..., Kakak siapa ya?", tanyanya lagi.
"Oh saya anaknya Ibu Erlin", jawabku.

Tiba-tiba cuaca mendung dan mulai gerimis. Sehingga gadis manis itu mempersilakan saya masuk dahulu.
"Kakak nganterin apaan sih?", tanyanya.
"Wah..., nggak tahu tuh kayaknya sih berkas-berkas", jawabku sambil mengikutinya ke dalam rumahnya.
"Memang sih tadi Mama titip pesen kalo nanti ada orang yang nganterin barang buat Mama..., tapi aku nggak nyangka kalo yang nganter cowo cakep!", katanya sambil tersenyum simpul.
Mendengar pernyataan itu saya menjadi salah tingkah.

Saat saya memasuki ruang tengah rumah itu, saya menjumpai seorang gadis manis lagi yang sedang asyik nonton TV, tapi melihat kami masuk ia seperti gugup dan mematikan TV yang ditontonnya.
"Ehmm..., Trid siapa sih?", tanya gadis itu.
"Oh iya aku Astrid dan itu temanku Dini, kakak ini yang nganterin pesanan mamaku..", jawab gadis pemilik rumah yang ternyata bernama Astrid.
"Eh iya nama gue Ian", jawabku.

Tidak lama kemudian aku dipersilakan duduk oleh Astrid. Aku segera mencari posisi terdekat untuk duduk, tiba-tiba saat aku mengangkat bantal yang ada di atas kursi yang akan aku duduki aku menemukan sebuah VCD porno yang segera kuletakkan di sebelahku sambil aku berkata, "Eh..., kalo ini punya kamu nyimpannya yang bener nanti ketahuan lho".
Dengan gugup Astrid segera menyembunyikan VCD tersebut di kolong kursinya, lalu segera menyalakan TV yang ternyata sedang menayangkan adegan 2 orang pasangan yang sedang bersetubuh. Karena panik Astrid tidak dapat mengganti gambar yang ada.Untuk menenangkannya tanpa berpikir aku tiba-tiba nyeletuk.
"Emang kalian lagi nonton begini nggak ada yang tahu?".

Dengan muka memerah karena malu mereka menjawab secara bersamaan tapi tidak kompak sehingga terlihat betapa paniknya mereka.
"Ehh..., kita lagi buat tugas biologi tentang reproduksi manusia", jawab Astrid sekenanya. Dapat kulihat mimik mukanya yang ketakutan karena ia duduk tepat di sampingku.
"Tugas biologi?, emangnya kalian ini kelas berapa sih?",tanyaku lagi.
"Kita udah kelas 3 SMP kok!", jawab Dini. Aku hanya mengangguk tanda setuju saja dengan alasan mereka.
"Kenapa kalian nggak nyari model asli atau dari buku kedokteran?", tanyaku.
"Emang nyari dimana Kak?", tanya mereka bersamaan.
"Hi.., hi.., hi.., siapa aja..., kalo gue jadi modelnya mo dibayar berapa?", tanyaku becanda.
"Emang kakak mau jadi model kita?", tanyanya.
Mendengar pertanyaan itu giliran aku yang menjadi gugup.
"Siapa takut!", jawabku nekat.

Ternyata, entah karena mereka sudah 'horny' gara-gara film BF yang mereka tonton itu, Astrid segera mendekatiku dengan malu-malu.
"Sorry kak boleh ya 'itunya' kakak Astrid pinjem", bisiknya.
Dengan jantung yang berdegup kencang aku membiarkan Astrid mulai membuka retsleting celanaku dan terlihat penisku yang masih tergeletak lemas.
"Hmm..., emangnya orang rumah kamu pada pulang jam berapa?", tanyaku mengurangi degup jantungku. Tanpa dijawab Astrid hanya memegangi penisku yang mulai menegang.
"Kak, kalo cowok berdiri itu kayak gini ya?", tanyanya.
"Wah segini sih belum apa-apa", jawabku.
"Coba kamu raba dan elus-elus terus", jawabku.
"Kalo di film kok kayaknya diremas-remas terus juga dimasukin mulut namanya apa sih?", tanyanya lagi.
Ketegangan penisku hampir mencapai maksimal.
"Nah ukuran segini biasanya cowok mulai dapat memulai untuk bersetubuh, gimana kalo sekarang aku kasih tahu tentang alat kelamin wanita, Emm.., vagina namanya", mintaku.

Tanpa banyak tanya ternyata Astrid segera melepaskan celananya sehingga terlihat vaginanya yang masih ditutupi bulu-bulu halus, Astrid duduk di sampingku sehingga dengan mudah aku mengelus-elus bibir vaginanya dan mulai memainkan clitorisnya.
"Ahh..., geli..., Kak.., ahh..., mm..", rintihnya dengan mata yang terpejam.
"Ini yang namanya clitoris pada cewek (tanpa melepaskan jariku dari clitorisnya) nikmat kan kalo aku beginiin", tanyaku lagi. Dan dijawab dengan anggukan kecil.

Tiba-tiba Dini yang sudah telanjang bulat memasukkan penisku ke mulutnya.
"Kok kamu sudah tahu caranya", tanyaku ke Dini.
"Kan nyontoh yang di film", jawabnya.

Tiba-tiba terjadi gigitan kecil di penisku, tapi kubiarkan saja dan mengarahkan tangan kiriku ke vaginanya sambil kuciumi dan kujilati vagina Astrid. Vagina Astrid mulai dibasahi oleh lendir-lendir pelumas yang meleleh keluar.
Tiba-tiba Astrid membisiku, "Kak ajarin bersetubuh dong..?".
"Wah boleh", jawabku sambil mencabut penisku dari mulut Dini.
"Tapi bakal sedikit sakit pertamanya, Trid. Kamu tahan yah...", bisikku.

Aku mengangkangkan pahanya dan memainkan jariku di lubang vaginanya agar membiasakan vagina yang masih perawan itu. Dan aku pelan-pelan mulai menusukkan penisku ke dalam liang vagina Astrid, walau susahnya setengah mati karena pasti masih perawan. Ketika akan masuk aku segera mengecup bibirnya, "Tahan ya sayang...".
"Aduh..., sakit..", teriaknya.
Kubiarkan penisku di dalam vaginanya, beberapa menit baru kumulai gerakan pantatku sehingga penisku bergerak masuk dan keluar, mulai terlihat betapa menikmatinya Astrid akan pengalaman pertamanya.
"Masih sakit nggak, Trid", tanyaku.
"mm..., nggak..., ahh..., ahh..., uhh..., geli Kak".

Hampir 30 menit kami bersetubuh dan Astrid mulai mencapai klimaksnya karena terasa vaginanya basah oleh lendir.
"Kak Astrid pingin pipis!", tanyanya.
"Jangan ditahan keluarin aja", jawabku.
"Ah..., ahh..., emm...., e..mm", terasa otot vaginanya menegang dan meremas penisku.
"Nah Trid kamu kayaknya udah ngerasain ejakulasi tuh".

Aku merebahkan tubuh Astid di sampingku dan segera menarik Dini yang sedang onani sambil melihat film porno di TV.
"Sini kamu mau nggak?", tanyaku.
Tanpa banyak tanya Dini segera bergerak mendekatiku, kuhampiri dia dan segera mengangkat kaki kirinya dan kumasukkan penisku ke vaginanya dan tampaknya ia menahan sakit saat menerima hunjaman penisku di lubang vaginanya sambil memejamkan matanya rapat-rapat, tapi sekian lama aku mengocokkan penisku di vaginanya mulai ia merintih keenakan. Aku terus melakukannya sambil berdiri bersender ke tembok.
"aahh..., Kak.., Dini.., Dini", jeritnya dan tiba-tiba melemas, ia sudah kelur juga pikirku.

Aku bopong gadis itu ke kursi dan rupanya Astrid sudah di belakangku dan menyuruhku duduk dan memasukkan penisku ke vaginanya dengan dibimbing tangannya. Aku telah berganti tempat dan gaya, yang semua Astrid yang memerintahkan sesuai adegan di film sampai akhirnya Astrid memberitahuku bahwa ia akan keluar.
"Trid tahan yah..., aku juga udah mau selesai nih..., ahh..., aahh..., croot..., creettt...,creet", aku muntahkan beberapa cairan maniku di dalam vaginanya dan sisanya aku semprotkan di perutnya.
"Enak..., yah Kak..., hanget deh memekku..., hmm..., ini sperma kamu?", bisiknya dan kujawab dengan ciuman di bibirnya sambil kubelai seluruh tubuh halusnya.

Setelah itu kami mandi membersihkan diri bersama-sama sambil kuraba permukaan payudara Astrid yang kira-kira berukuran cukup besar untuk gadis seusianya, karena terangsang mereka menyerangku dan memulai permainan baru yang di sponsori gadis-gadis manis ini, yang rupanya mereka telah cepat belajar.


TAMAT

Sumber
Baca Selengkapnya >>

Cinta Satu Malam Cewek SMU Bispak

Namaku Tina. Usiaku 16 tahun. Aku sekolah di sebuah SMU swasta terkenal di Surabaya. Sudah hampir setahun ini hidupku penuh berisi kesenangan-kesenangan yang liar. Dugem, ineks dan seks bebas. Sampai akhirnya aku terjerumus dalam ambang kehancuran. Terombang-ambing dalam ketidak pastian. Aku bingung apa yang kucari. Aku bingung harus kemana arah dan tujuanku. Apa yang selama ini kulakukan tidak memberikan kemajuan yang positif. Bahkan aku nyaris gila. Siapakah aku ini?




Sejujurnya aku menyesali kondisiku yang seperti ini. Keterlibatanku dengan narkoba telah membawaku ke dalam kehidupan yang kelam. Sungguh kejam! Aku jadi berangan-angan ingin kembali ke kehidupan lamaku dimana aku belum mengenal narkoba. Saat itu begitu indah. Orang tuaku sayang padaku. Andrew pacarku dengan setia berada disisiku. Dan dia selalu datang untuk menghibur dan menemaniku.




Aku jadi ingat pada hari-hari tertentu, teman-teman sekolahku datang main ke rumah untuk mengerjakan tugas atau hanya sekedar berkumpul. Kalau lagi ada pacarku, mereka selalu menggoda kami sebagai pasangan serasi. Padahal menurutku kami bertolak belakang. Aku pemalu dan mudah merajuk. Sedang pacarku biang kerok di sekolah dan tidak tahu malu. Aku berprestasi dalam pelajaran tapi kurang menguasai bidang olah raga. Sedangkan dia berprestasi dalam olah raga namun malas belajar. Tinggiku sedang dan badanku agak kurus. Sedangkan dia tinggi dan besar. Pokoknya beda banget. Tapi teman sekolah mengatakan kami pasangan serasi. Entah apanya yang serasi..


Aku masih ingat saat-saat terakhir dia meninggalkan aku untuk sekolah ke Amerika. Ada setitik firasat bahwa itu adalah saat terakhir aku bersamanya. Aku menangis tiada henti di bandara seperti orang bodoh. Tidak ada kata yang terucap, hanya sedu sedan lirih terdengar dari mulutku. Orang tuanya sampai sungkan pada orang tuaku dan berusaha menghiburku dengan mengatakan bahwa Andrew akan sering pulang ke Indonesia untuk menengokku. Orang tuaku pun tak kalah dan berjanji padaku akan menyekolahkan aku ke Amerika selepas SMU.


Kata orang cinta akan lebih terasa saat terpisahkan oleh jarak. Aku tidak sabar untuk membuka e-mail setiap malam. Telepon internasional seminggu sekali menjadi pelepas dahaga bila aku rindu suaranya. Setiap malam menjelang tidur, aku melihat-lihat foto kami berdua. Dan tak lupa aku mendoakan dia.


Kini Andrew tidak akan mau memandangku lagi. Laporan dari teman-temannya yang melihat aku berkeliaran di diskotik-diskotik dengan lelaki lain membuatnya murka dan tidak mempercayai aku. Dia mengadili aku yang hanya bisa menangis dan berjanji akan menghentikan perbuatanku. Tapi apa daya, di belahan dunia lain, Andrew tidak akan bisa melihat keseriusanku. Dia meminta untuk mengakhiri hubungannya denganku meski aku menangis meraung-raung di telepon. Aku tak berdaya. Dia begitu kerasnya tidak mengampuni kesalahanku.


Yah memang semua itu memang salahku. Tapi apakah aku tidak punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan? Apakah setiap orang tidak pernah khilaf? Apakah sama sekali tidak ada ampun untukku? Dia dulu mengatakan apa pun yang terjadi akan selalu mencintaiku. Akan selalu menjagaku. Semakin hari cintanya padaku akan semakin besar. Ternyata, bohong! Itu semua hanya bohong belaka!


Saat ini aku jadi ceweq bodoh, sering melamun dan mudah stres. Bukan hanya hubunganku dengan Andrew yang hancur. Hubunganku dengan ayah ibuku juga memburuk. Mereka sudah menyerah menghadapi aku yang hampir setiap hari pulang pagi. Mereka bahkan mengancam akan mengusir aku bila terus menerus seperti ini.


Aku jadi sering membolos sekolah. Prestasiku di sekolah makin hari makin memburuk. Aku telah kehilangan minat untuk belajar dan meraih ranking tinggi di sekolah. Hubungan sosial dengan teman sekolahku juga semakin buruk. Aku malas bergaul dengan mereka. Aku takut mereka mengetahui siapa aku sebenarnya. Aku takut mereka menyebarkan tingkah lakuku sebenarnya. Aku takut..


Aku jadi paranoid! Aku jadi mudah curiga dengan semua orang. Aku jadi sulit tidur dan melamun yang tidak-tidak. Aku jadi sering mimpi buruk dan makin sulit membedakan mana mimpi dan kenyataan. Lama-lama aku bisa gila!


Aku ingin berhenti menggunakan narkoba dan sesegera mungkin meninggalkan dunia gemerlap yang selama setahun ini kugeluti. Tapi aku sulit meninggalkannya. Aku terperangkap di dalamnya!


Ineks! Semua ini gara-gara pil setan itu! Badanku semakin kurus. Mataku cekung dihiasi garis hitam dibawahnya. Aku tidak mengenali wajahku sendiri di hadapan cermin. Bahkan Mamaku sudah mengecap aku sebagai wanita nakal.


Yah.. wanita nakal.. aku memang telah jadi wanita nakal. Aku telah melepaskan keperawananku pada seorang pria yang bukan suamiku. Aku malu pada diriku dan pada orang tuaku. Diriku bukan Tina yang dulu. Tina yang selalu meraih prestasi di sekolah. Tina yang selalu membanggakan orang tua. Tina yang rajin ke gereja. Tina yang lugu dan pemalu. Tina yang selalu jujur dan berterus terang..


Malam itu entah malam keberapa aku ke diskotik dengan Martin. Setelah triping gila-gilaan bersama teman-teman, aku pulang bersama Martin. Sebenarnya aku malas pulang karena masih dalam keadaan on berat. Gara-gara Bandar gede dari Jakarta datang, semua jadi kebanyakan ineks. Badanku terus bergetar tiada henti, dan rahangku bergerak-gerak ke kiri dan kekanan. Dengan eratnya aku peluk lengan Martin seakan-akan takut kehilangan dirinya.


Tidak seperti biasanya Martin mengajakku putar-putar keliling kota. Mungkin dia kasihan melihat aku masih on berat dan tidak tega membiarkan aku sendirian di rumah. Aku sih senang-senang saja. Kuputar lagu-lagu house music agak kencang, meski aku tahu akibatnya bisa fatal.


Tak sampai lima menit, lagu house music dan hembusan hawa AC yang dingin membuat aku on lagi! Aku menggerak-gerakkan badan, kepala dan tanganku di bangku sebelah. Rasanya asyik sekali triping dalam mobil yang melaju membelah kota! Martin tertawa melihat aku memutar-mutar kepala seperti angin puyuh.


“Untung kaca film mobilku gelap. Jadi aku nggak perlu takut orang-orang melihat tingkahmu!” ujarnya.


Hahaha.. rasanya saat itu aku tidak peduli mau dilihat orang, polisi, hansip atau siapa pun juga, aku tidak akan peduli! Lagipula ini masih jam 3 pagi.


Setelah setengah jam kami putar-putar kota, akhirnya kami sampai di daerah sekitar rumah Martin. Martin menyarankan agar aku meneruskan tripingku di rumahnya. Sebab terlalu riskan bila triping di jalanan seperti itu. Kalau sedang sial bisa ketangkap polisi. Aku yang sudah tidak bisa berpikir lagi Cuma mengiyakan semua omongannya.


Sampai di rumahnya, aku langsung diantar ke kamarnya. Sambil meletakkan kunci mobil, Martin menyalakan ac dan memutar lagu house music untukku. Wah dia benar-benar ingin membuat aku on terus sampai pagi! Ok, Aku layani! Kurebut remote ac dari tangannya dan ku setel dengan temperatur paling rendah.


Martin yang sudah drop, begitu mencium bau ranjang langsung hendak merebahkan badannya yang besar itu ke tempat tidur. Tentu saja aku tidak ingin tripping sendiri! Kutarik tangannya dan kuajak dia goyang lagi. Martin mengerang dan tetap menutup wajahnya dengan bantal. Tingkahnya dibuat manja seperti anak kecil. Tidak habis pikir aku segera mencari koleksi minumannya di mejanya. Kusambar sebotol Martell VSOP dan kupaksa dia minum.


Mulanya Martin menolak dengan alasan besok harus kerja. Namun aku memaksa terus hingga dia tak berkutik. Beberapa teguk Martell membuahkan hasil juga. Martin bangun dan duduk didepanku. Aku segera memeluknya dari belakang dan menggodanya dengan manja.


“Kalau kamu mau nemenin aku tripinng.. hari ini aku jadi milikmu.”

“Milikku sepenuhnya..? Ehm.. I love it!” Balas Martin nakal.

“Ya..ehm.. jadi milikmu..” gumamku di dekat telinganya.


Aku memeluknya dari belakang dan menciumi telinganya sampai dia kegelian. Aku terus menggodanya dengan menciumi leher dan bahunya. Tiba-tiba dia membalikkan badan dan menyergapku! Aku kaget juga dan berteriak kecil. Martin mendekapku erat-erat dan balas menciumi wajah, leher dan telingaku. Aku menjerit-jerit kegelian oleh tingkahnya.


Lama-lama ciuman Martin semakin turun ke bawah. Dia melorotkan tali tank-topku dan menciumi buah dadaku dengan ganas sambil mendengus-dengus. Aku bergetar menahan geli dan rangsangan yang hebat. Otot-otot badan dan kakiku terasa kaku semua.


Tidak puas menciumi dadaku, Martin meloloskan bra yang menutupi dadaku sehingga kedua buah dadaku tersembul keluar.


“Woow.. aku paling suka payudaramu!” desisnya.

Aku paling suka kalau keindahan tubuhku dipuji. Dia mengucapkan kata-kata itu dengan mata berbinar-binar sehingga membuatku tersanjung. Tentu saja aku langsung menutupi dadaku dengan kedua tanganku seakan-akan melarangnya untuk melihat.


Sedetik kemudian dia membuka kedua tanganku dan membungkuk kearah dadaku lalu mendekatkan mulutnya ke puting kananku. Dengusan napasnya yang mengenai putingku sudah bisa membuatku menggelinjang. Pelan-pelan lidahnya menjilat putingku sekilas, lalu berhenti dan memandang reaksiku. Aku memejamkan mata dan mendengus. Perasaanku melambung sampai ke awang-awang! Ketika kubuka mataku, dia memandangku sambil tersenyum nakal. Aku memukulnya. Kemudian dia menjilat puting kiriku sekilas. Aku kembali menggelinjang-gelinjang. Aku merasa detik-detik penantian apa yang akan dilakukan Martin pada putingku membuat aku makin penasaran. Aku mengerang-erang ingin agar Martin meneruskan aksinya.


Aku sudah sangat terangsang hingga memohon-mohon padanya agar memuaskan aku. Martin tersenyum manis sekali lalu mulai memasukan putingku ke mulutnya. Putingku dipermainkan dengan mulut dan lidahnya yang hangat. Aku bergetar dan menggelinjang menjadi-jadi. Kepiawaian Martin merangsang dan memuaskan aku sudah terbukti. Rangsangan yang hebat melupakan segala janji yang pernah kubuat.


Martin sangat terangsang rupanya. Aku merasa ada yang mengganjal di bagian bawah perutku dan menyodok-nyodok kemaluanku. Aku membuka kedua kakiku lebar-lebar dan merubah posisi pinggulku agar kemaluanku bergesekan dengan penisnya. Tiap kali penisnya menggesek klitorisku aku mengerang dan merenggut apa saja yang bisa kurenggut termasuk rambutnya. Napas kita yang mendengus-dengus bersahut-sahutan bersaing dengan lagu house music yang memenuhi ruangan.


Martin meneruskan aksinya sambil melepas pakaianku satu persatu hingga aku telanjang bulat. Aku menatap wajahnya dengan perasaan tak karuan. Lalu dia membuka pakaiannya sendiri dan mulai menyerangku dengan ganas.


Aku diciumi mulai mulut turun ke leher lalu ke buah dadaku. Kemudian turun lagi melewati pusar dan bulu kemaluanku. Dia berhenti sesaat sambil melihat aku yang sudah terangsang berat.


“Martin.. cium anuku please..” pintaku terbata-bata.

“Hehehe..” Desisnya pelan.


Lalu tanpa menunggu perintah kedua kalinya, dia mulai merubah posisinya agar mulutnya pas di kemaluanku. Kemudian kakiku dibuka lebar-lebar ke atas sehingga kemaluanku menyembul di antara pahaku. Aku merasa hawa dingin menerpa bagian dalam kemaluanku yang merekah. Aku memejamkan mata berdebar-debar menunggu Martin memulai aksinya.


Martin menciumi sisi luar kemaluanku dengan perlahan. Aku mengerang tertahan dan mengerutkan dahi. Rasanya geli sekali! Ciumannya bergerak ke tengah dan berhenti di klitorisku. Klitorisku diciuminya lama sekali seperti kalau dia menciumi bibirku. Dia mengulum dan kadang menyedot kemaluanku dengan kuat. Aku mendesah-desah keras sekali. Tak tergambarkan rasanya. Lalu ketika lidahnya ikut bermain, aku tak kuat menahan lebih lama lagi. Dibukanya bibir kemaluanku dengan jarinya, lalu lidahnya dimasukan diantaranya. Lidahnya memilin-milin klitorisku dan kadang masuk ke vaginaku dalam sekali.


Erangan panjang menandakan kenikmatan yang tiada taranya. Aku malu sekali ketika orgasme dihadapannya. Ritme ciumannya pada kemaluanku perlahan-lahan mengendur seiring dengan tekanan yang kurasakan. Martin memang hebat. Dia sudah berpengalaman memuaskan ceweq. Dia bisa tahu timing yang tepat kapan harus cepat dan kapan harus pelan. Aku jadi curiga apa dia berprofesi sebagai gigolo yang biasa memuaskan Tante-Tante kesepian. Hehehe..


“Lho kok cepat? Udah terangsang dari tadi ya?” tanyanya sambil senyum-senyum mesum.


Mukaku memerah ketika aku tak bisa menjawab pertanyaannya. Aku memukulnya dengan bantal sambil menggodanya. “Kamu gigolo ya? Kok hebat banget?”


“Eh, gigolo! Kurang ajar! Gua ini memang Don Juan Surabaya ya! Belum pernah ada ceweq yang tidak puas kalau main denganku!” katanya pongah.


“Teman-temanku sampai menjuluki aku ‘Sex Machine’!” lanjutnya.


“Ngibul! kamu pasti gigolo!” godaku sambil memukulnya dengan bantal lagi. Kami perang mulut selama beberapa saat.


Kemudian Martin mengakhirinya dengan berkata, “Enak aja menghinaku! Sebagai balasannya, nih..” Martin melompat kearahku dan memasukkan kepalanya diantara kakiku.


Dia langsung melumat kemaluanku dengan mulutnya lebih ganas lagi padahal kemaluanku masih berdenyut-denyut geli. Aku menjerit-jerit karenanya. Gelinya luar biasa! Entah apakah kemaluanku sudah sangat basah atau tidak, aku mendengar bunyi berkecipak di kemaluanku. Rasa geli yang menerpa segera berubah menjadi nikmat. Aku terhanyut lagi dalam permainan lidahnya.


Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Badanku rasanya lemas semua. Malam itu aku mudah sekali orgasme. Entah apa mungkin itu karena pengaruh ineks atau memang aku sudah dalam keadaan puncak, aku tidak tahu..


Kami break sebentar. Martin tidur terlentang. Kulihat penisnya berdiri tegak bagai tugu monas. Kepalanya yang merah mengkilat karena cairan maninya meleleh keluar. Aku duduk di dipangkuannya dan memegang penisnya yang keras.


“Lho, sejak kapan celana dalammu lepas? Aku kok nggak tahu?” tanyaku.


“Hehehe.. kamu merem terus dari tadi sampe nggak tahu kalo burungku udah menunggu-nunggu ditembakkan ke sasaran!” candanya.


Aku kasihan padanya. Kuelus-elus penisnya sambil menggodanya. Lalu aku naik ke atas tubuhnya dan duduk tepat diatas penisnya. Martin tampak terangsang melihat tindakanku. Kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur diatas penisnya sambil kuelus-elus dadanya. Martin memejamkan matanya sambil merasakan sentuhan-sentuhan kemaluanku di penisnya. Aku juga merasa geli-geli nikmat saat penisnya yang keras dan licin menggeser klitorisku.


Lama-lama Martin tidak kuat menahan rangsangan. Dia bangkit dan memeluk tubuhku. Kami berciuman. Tanpa mempedulikan bau cairan vaginaku di mulutnya, aku terus menggoyangkan pinggulku maju mundur. Kemaluanku yang basah semakin memudahkan penis Martin bergesekan diantar bibir kemaluanku. Gerakan kami makin lama makin liar, sampai akhirnya pertahananku runtuh!


Penis Martin mengoyak keperawananku! Kepala penisnya selip dan masuk ke vaginaku. Aku menjerit kaget dan gerakanku terhenti. Untuk sesaat aku merasa sakit karena ada benda sebesar itu masuk ke vaginaku. Martin juga berhenti dan hendak mencabut penisnya dari vaginaku. Namun aku mencegahnya. Aku benar-benar terhanyut dalam fantasiku sendiri akan kenikmatan persetubuhan. Kupeluknya erat-erat tubuhnya. Disamping rasa sakit, aku merasakan suatu kenikmatan yang lain. Aku ingin merasakan lebih lama lagi.


Secara tak sadar aku merendahkan pinggulku perlahan-lahan sampai penis Martin memenuhi liang vaginaku. Rasanya sungguh luar biasa! Aku memeluk Martin sekuat tenaga dengan napas terputus-putus. Kucengkeram punggungnya dengan kuku jariku tanpa peduli dia kesakitan atau tidak. Tak terlukiskan perasaanku saat itu. Aku mengerang-erang. Rasanya seluruh sarafku terputus dan terpusat di kemaluanku saja. Martin membiarkanku sesaat menikmati moment ini. Dia pasti juga sedang menikmati koyaknya selaput daraku.


Perlahan-lahan Martin mulai menggoyangkan pinggulnya. Penisnya bergerak-gerak perlahan dalam kemaluanku. Aku mendesah mengaduh-aduh menahan nikmat dan geli. Vaginaku masih sangat sensitif sampai sampai aku tidak tahan ketika penisnya digerak-gerakkan. Aku menatap sayu pada Martin.


“Kenapa aku nggak tahu kalau ML seenak ini? Kalau tahu, aku sudah dari dulu mau making love sama kamu!” kataku parau.


Mendengar perkataanku, sesaat Martin hanya memandangku tanpa ekspresi. Aku tidak dapat menebak apa yang ada dipikirannya. Lalu dengan pandangan yang menyejukkan, dia mencium keningku dan pipiku. Aku menjadi tenang dan damai. Martin, aku sayang padamu, aku sayang padamu, aku sayang padamu. Tak ada lagi Andrew dalam kamusku. Aku hanya sayang padamu kataku dalam hati. Sex jauh lebih memabukkan daripada extacy! Aku tak bisa berpikir jernih! Yang ada dipikiranku hanya terus dan terus.. tanpa akhir..


Martin mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vaginaku. Mulanya perlahan, lama-lama semakin cepat. Rasanya mau mati saking nikmatnya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya erangan dan desahan yang keluar dari mulutku. Dorongan penisnya yang menghujam keluar masuk ke dalam vaginaku membuatku tak berdaya.


Malam itu aku orgasme empat kali. Martin menumpahkan spermanya di perutku dan terkapar disebelahku. Aku juga terkapar kelelahan. Saking lelahnya aku sampai tidak kuat untuk bergerak mengambil tissue untuk membersihkan spermanya yang tumpah di perutku. Ternyata orgasme saat ML jauh lebih nikmat daripada dengan oral seks. Sungguh berbeda..


Setelah terkapar beberapa saat, Martin membopongku ke kamar mandi dan memandikan aku. Aku terus menerus memandang wajahnya dan mencari-cari sinar apa yang terpancar di wajahnya. Apakah dia benar mencintaiku atau aku hanya salah satu perempuan koleksinya? Aku terus memeluknya saat dia membasuh tubuhku dengan air hangat dan membersihkan kemaluanku. Kemudian setelah membersihkan diri, kami tidur kelelahan.


*****


Besoknya saat aku bangun, Martin sudah tidak ada di sebelahku. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul sembilan. Detik berikutnya aku baru sadar kalau tidur telanjang bulat dan hanya ditutupi selimut. Perlahan-lahan memoriku memutar balik kejadian tadi malam. Agak susah mengingat kejadian semalam setelah pakai ineks dan minum minuman beralkohol.


Setelah ingat semua, dengan lunglai aku bangkit dan melihat kemaluanku. Kuraba dan kupegang kemaluanku. Rasa nikmat dan geli semalam masih terbayang di pikiranku. Pikiran jelek mulai menggangguku. Aku sudah tidak perawan! Aku sudah kehilangan keperawananku di usia ke 16 dengan cowoq yang bukan pacarku maupun suamiku! Edan! Aku lepas kendali!


Kata-kata Ling mulai teringat kembali. Saat dia kehilangan keperawanannya pertama kali, dia menangis menjadi-jadi semalaman. Namun sekarang dia sudah biasa dan malah sering making love. Aku teringat saat Ling mengenalkan Martin padaku, dia memperingatkan Martin agar jangan macam-macam padaku. Berbagai macam kejadian dari awal aku kenal kehidupan malam sampai saat ini lalu lalang dalam pikiranku seakan-akan menyindirku. Sekarang semuanya telah terjadi! Aku tak percaya! Aku jadi seperti Ling!


Aku ingin menangis menyesali semuanya! Namun sudah terlambat! Apalagi saat aku melihat setitik noda hitam pada sprei. Aku langsung menangis menjadi-jadi. Aku merasa berdosa! Bayangan wajah Papa Mamaku berkelebat berganti-ganti dalam benakku. Aku merasa berdosa pada Papaku, pada Mamaku, pada kakakku, pada seluruh keluargaku!


Aku ke kamar mandi untuk membersihkan diriku! Aku merasa kotor dan hina! Aku bukan Tina yang dulu lagi! Masa depanku hancur! Siapa yang mau sama aku! Cowoq mana yang mau menerima ceweq seperti aku! Ceweq yang sudah tidak utuh lagi! Ceweq murahan! Aku benci diriku sendiri! Aku benci semua orang! Aku menangis lama sekali di kamar mandi. Kutumpahkan semua perasaanku dalam air mata yang segera tersapu guyuran air hangat. Hingga akhirnya aku tergeletak lemas di lantai kamar mandi.


Setelah bosan menangis, aku segera beranjak dari kamar mandi dan mengenakan pakaian. Kuambil ponselku dan kukirim SMS pada Ling. Aku minta dia menjemputku di rumah Martin. Ling menyanggupi dan berjanji akan menjemput aku sepulang sekolah pukul 13.00


Pukul sebelas Martin pulang ke rumah. Tiba-tiba perasanku jadi campur aduk saat kudengar suara mobil Martin memasuki rumah. Ada perasaan jengkel yang menggebu-gebu padanya.


“Kok berani-beraninya orang segede dia menjerumuskan anak kecil! Dasar hidung belang!” pikirku jengkel.


Aku duduk di ranjang menghadap pintu sambil menunggu dia masuk. Kusiapkan wajah sesuram mungkin agar dia tahu kalau aku marah padanya. Aku sudah mempersiapkan diri untuk mendiamkannya selamanya. Pokoknya dia harus tahu kalau aku marah!


Martin yang sepuluh tahun lebih dewasa tahu bagaimana harus bertindak menghadapi aku. Dia diam saja saat aku mendiamkannya. Lalu mulai mengajakku makan. Aku menolak. Dia terus mengajakku bicara dan bercerita kalau dia bangun kesiangan sehingga terlambat kerja. Dia pura-pura tidak tahu aku marah padanya. Sejurus kemudian dia mulai memelukku dan mengatakan kalau dia segera pulang karena khawatir aku belum makan atau kesepian di rumah.


Lama-lama aku kasihan juga padanya. Dia baik padaku. Sebenarnya yang salah aku. Aku yang memaksanya melakukan itu. Padahal kemarin dia sudah mau tidur, aku malah merangsangnya habis-habisan. Yah, aku yang salah. Seperti membangkitkan macan tidur. Aku pun mulai melunak. Aku mulai menjawab pertanyaannya sepatah-sepatah sampai akhirnya suasana mulai cair.


Mengerti umpannya mengena, Martin mulai merayuku dan menggodaku. Aku tidak tahan digoda dan mulai membalas godaannya.


“Martin, kamu harus bertanggung jawab! Kamu harus kawin sama aku!” serangku.


“Jangan kuatir sayang! Aku ini dari dulu juga suka sama kamu. Cuma aku takut kamu yang nggak mau sama aku karena aku terlalu tua. Hahahaha..” balasnya.


Aku tidak peduli pikirku. Toh aku juga merasa cocok dengan Martin. Dia begitu dewasa. Dia bisa momong aku. Masalahnya, dia sepuluh tahun lebih tua dari aku. Apa orang tuaku setuju aku menikah dengannya?


Pikiranku sudah jauh lebih baik sekarang. Martin memelukku erat-erat dan menghiburku. Aku jadi makin sayang padanya.


Akibat kejadian malam itu, hampir tiap hari aku making love dengannya. Kami melakukan di rumahnya, di hotel, di kamar mandi, di mobil dan dimanapun kami mau! Berbagai posisi kami lakukan. Aku benar-benar ketagihan bersenggama! Bahkan kami pernah menginap seharian di hotel dan tidak keluar kamar sama sekali. Saat itu aku sampai orgasme sebelas kali waktu making love dengannya! Benar-benar liar dan tak terkontrol!


Acara tripping selalu dilanjutkan dengan making love. Kesukaan kami adalah triping sambil telanjang bulat berdua di kamar Martin sambil bercumbu. Asyik sekali rasanya! Saat pengaruh ineks menurun, kami bersenggama atau melakukan oral seks untuk membuat on lagi. Setelah benar-benar habis, kami lanjutkan dengan minum minuman keras. Edan..


Dua bulan terakhir ini aku jarang kontak dengan Martin. Martin sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan aku sibuk diadili oleh keluargaku. Mereka marah besar padaku dan mengawasiku dengan ketat. Ponselku disita sementara. Telepon untukku disortir sama orang tuaku. Kemana-mana selalu diantar sopir ayahku. Pokoknya aku jadi tahanan rumah!


Entah siapa yang salah! Aku tak perlu menyalahkan siapa saja selain diriku sendiri. Aku sendiri pun menyesal menyadari kondisiku sekarang. Orang luar pada bingung melihat tingkahku. Aku hidup di dalam keluarga yang harmonis. Orang tuaku sayang dan perhatian padaku. Tapi kok bisa aku terjerumus jadi seperti ini?


Hahaha.. memang bodoh apa yang kulakukan. Penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi. Entah sampai kapan aku bisa berhenti dari dunia gila ini? Aku pun sudah mulai bosan..


Selesai.

Sumber
Baca Selengkapnya >>

Cerita Dewasa - Adik Iparku Yang Menggairahkan

perkenankan saya(TIBS)menceritakan kisah nyata dengan adik iparku yang bernama DD.kisah ini berawal dari ketika saya libur kerja.biasa kegiatanku libur kerja bebenah kamar sekaligus jaga anak :d,nah pada jam 11.36 adik ipar ku pulang kerja untuk istirahat(kebetulan tempat kerja dekat dari rumah)nah adik ipar ku biasa pulang kerja langsung maen dengan anak ku dikamar.adik iparku memang membuat saya bergairah sekali.kebiasaan mau berangkat kerja maupun istirahat dan pulang kerja pasti ganti pakaian didepan saya walaupun berbalut dengan kaoskutang dan Bra.nah disaat saya lagi kekamar adik ipar saya lagi berpakaian kaoskutang dan Bra saya bermain dengan anak saya.dasar adik ipar bisa aja membuat anak saya tidur begitu juga dia.disaat lihat adik ipar ku tidur dengan pulas selintas ada pikiran kotor.niat itu terwujud saya iseng lihat didalam Bra itu aku intip WAW puting susu yg masih merah merkah membuat ku terlena.kebetluan kondisi rumah kosong,aku langsung tutup pintu dan langsung melakukan niat ku ini.sungguh indah sekali adik ipaer ku ini,aku intip dan aku hisap dengan lembut puting susunya(takut dia bangun)nah tanpa perintah aku raba-raba semua toketnya.entah lagi mimpit atau menikmatinya adik iparku mendesah ah...ah...ah aku langsung buka pelan-pelan pakaian yg membalut tubuhnya.setelah aku buka sungguh ada pemandangan luar biasa toket dengan ukuran 34 didepan saya.saya langsung hisap dengan lembut,dipelintir dengan kasih sayang.setelah puas dengan toketnya aku langsung meraba paha yang sangat mulus,tangan ku ini nakal sekali langsung meringsek ke bagian yg sangat nikmat.tangan ku langsng mengelus-elus celana dalam hingga basah,ku buka Rok dan CD adik ipar ku ternyata sungguh indah memeknya yang berbulu tipis.aku langsunh raba-raba dan ak jilat memeknya.tiba-tiba adik ipar ku bergerak(aku takut bangun)aku hentikan permainan ku.ternyata adik ipar ku sudah merasakan nikmat terdengar suara oh..oh...oh membuat ku semakn liar menjlat memk yg indh.tiba saatnya si ular menutaskan tugas,aku gesek kontol ku dibagian bibir memeknya,dengan lembut aku sodok pelan2 sempit banget lobang memeknya sampai susah,aku g putus asa sampai disitu.aku regangkan pahanya hingga lebar.setela itu aku beraksi lagi.

sleep....sleep kontol ku ambles semua dalam lobang kenikmatan.aku lihat seprai ada darah segar yg keluar.
aku goyang goyang kontol ku dalam memek nya
adik ipar ku hanya bisa pasrah merasakan kenikmatannya sampai bersuara ah...ah..ah...sakit..sakit...ah

goyanganku terus berlanjut dengan lembut.sampai aku merasakan ada aliran cairan kenikmatan di kontol ku,menandakan dia sudah klimaks

aku semakin liar genjot kontol ku ini yang sudah dibasahi cairan surga.

ah..oh...oh...oh..oh ternyata dia terbangun dari tidur dengn bersuara abang...jaaaangaan...oh oh oh oh
aku semakin buas menikmatinya
oh..oh..oh..oh
ah..ah..ah..ah
oh...oh...oh

permainanku ini tak terasa sampai speai berantakan

tiba waktunya aku crot..crooot luber semua dalam lobng kenikmatan.

Sumber
Baca Selengkapnya >>

Ngentot Dua ABG Bule

Aku tinggal di salah satu
kota di Canada, kira-kira sudah hampir 6 tahun. Aku tinggal sendiri di
salah satu gedung apartemen dekat down town area. Kamarnya satu, ada
ruang tamu, kitchen, balcon buat smoking, murah juga. Kadang teman-teman
menginap, meminjam komputer, karena milikku pentium ii, dan semua
software, games etc aku punya. Jadi mereka betah nginep di sofa, atau
bawa sleeping bed. Also, aku punya 50 inch TV, DVD player, Video, games
dan lain-lain, jadi tempat ini siip. Aku bukan orang yang berada
banget,semua itu hadiah dari saudara-saudara yang ikut bahagia karena
aku bisa sekolah disini. So, syukurlah.

Mungkin karena apartemen dan barang-barang electronic di rumahku, aku
dikagumi wanita-wanita orang putih di sini. Dikira aku loaded banget,
alias rich boy. Jadi banyak yang tidak nolak kalau aku ajak jalan.
Bukannya mau show-off, but aku bisa mendapatkan perempuan yang aku mau
kapan saja, tapi aku nggak mau perempuan yang mencintaiku karana harta
kekayaanku.

Soal pacaran, aku tidak pernah punya berlangsung lama, karena aku salah
gaul. Tiap-tiap wanita yang aku pacarin, semuanya mata duitan. Kalau
tidak dibeliin barang ini, atau itu, marah deh, terus mau putus. Jadi
sudah kira-kira 2 tahun aku tidak ada gandengan. Terus satu hari, aku
menang lotre $300. Aku pergi ngambil duitnya dari salah satu gedung
lotre tersebut dan jalan menuju pulang. Waktu itu lagi agak dingin,
salju lagi turun sedikit-sedikit. Terus, waktu lagi jalan, tiba-tiba ada
suara “Excuse me, spare some change?” Aku lihat ke arah kiri, ada dua
gadis lagi duduk di lantai depan Starbucks Cafe sambil tangannya di
ulurkan ke arahku. Yang satu lagi hanya duduk merangkul kakinya.

“Duh kasihan banget” pikirku. Aku berhenti, meraba kantong celanaku, dan
aku keluarkan 2 helai $5.
“Ini, silakan”, aku bilang.
“Terima kasih Mas,” kata gadis yang memegang uang.
“Terima kasih kembali” kataku lagi, sambil jalan pergi. Memang benar,
setelah aku memberi uang tersebut, ada rasa yang hangat dalam hati.
Sesampai di apartemen, aku cari sleeping bag bekas dan beberapa baju
tebel. Tapi saya lupa kalau semuanya sudah kusumbang ke Salvation Army
beberapa minggu yang lalu. Terus aku pikir, hmm, sudah mau natalan,
teman-teman pada pulang ke Indonesia, aku nggak ada teman main…, gimana
kalau aku undang saja tu cewek.

Lalu aku pergi ke tempat kedua gadis itu. Tapi mereka sudah nggak ada
lagi. Aku lihat kiri dan kanan dan ternyata kedua gadis itu ada di depan
McDonald’s, sambil megang kantong buat memesan makanan. Aku tunggu
mereka di deket Starbucks Cafe, dan sewaktu mereka melihatku lagi, si
gadis yang aku kasih uang tadi senyum padaku dan bilang “Hi, lagi
ngapain Mas?, Traktir kita dong?” sambil tertawa.

Aku senyum saja “Oke, Nich beli aja”. Si cewek yang aku kasih duitnya,
namanya Lily dan cewek yang satunya lagi ternyata adiknya, bernama
Lianne. Lily berumur 17 dan Lianne berumur 14. Mereka datang dari kota
lain dengan cara hitchhike. Aku jongkok dengan mereka, ngobrol-ngobrol
sebentar, sambil nebeng makan kentang gorengnya yang di tawari Lianne.

Kurang lebih setengah jam kemudian, entah kemasukan apa, aku ajak mereka
ke apartemenku untuk menginap. Mereka kaget. Pertamanya sih pada nggak
mau, tapi abis aku yakinkan, bahwa aku tinggal sendirian, tidak ada
teman dan bla bla bla, mereka akhirnya mau juga.

Sesampai di apartemenku, mereka ber wah.., wah.., wah. Aku dimintai
handuk buat mandi. Ternyata mereka nggak pakai baju tebal-tebal banget.
Si Lily cuma memakai t-shirt Marilyn Manson, sweater gap yang kotor dan
jaket kulit, dan Lianne memakai lebih tebal, mungkin karena diberi sama
Lily.

Dua-duanya memang cakep sih, kulitnya putih banget (habis orang putih
sih), nggak tinggi banget, kira-kira 160 cm. Lily berambut pirang kotor
(dirty-blonde) sebahu, dan Lianne berambut pirang terang, seleher lebih
dikit, agak berombak. Aku beri 2 pasang t-shirtku dan beberapa celana
pendek milik bekas pacarku. Cerita terbaru ngentotin cewek bule lainya
bisa anda baca di kumpulanceritaseru.info Mereka masuk ke kamar mandi
bersama dan dan aku cuek-cuek saja, habis adik-kakak. Aku siapkan hot
chocolate dan cookies.

Sehabis mereka keluar dari kamar mandi, waduh, cantiknya mereka berdua
minus make-up tebal, ikat rambut, dan garis-garis hitam di muka. Seperti
mimpi degh. Belum pernah aku melihat kecantikan semacam itu. Mungkin di
majalah, dan film, tapi mereka ada didepanku. Lily memakai t-shirt
GAP-ku yang berwarna putih, tanpa bra, karna aku bisa melihat putingnya
yang pink dengan jelas. Lianne memakai t-shirt Planet Hollywoodku yang
berwarna putih juga dan without bra.

Setelah itu kita ngobrol-ngobrol sambil minum hot choco. Lianne orangnya
pendiam, tapi senyum terus. Kalau Lily agak energetic dan bawel. Sewaktu
kita ngobrol-ngobrol, si Lianne berdiri dan berjalan menuju kulkas.
“Mau Minum Champagne?” tanyanya.
“Boleh”, kataku, “Tapi.., kamu kan masih anak-anak” kataku sambil
tertawa karena aku pikir si Lianne cuma bercanda.

Dia buka botol champagne tersebut dan meminumnya sedikit, lalu dia bawa
buat kakaknya, Lily. “Gile, dikirain becanda” pikirku.

Beberapa jam kemudian, ruang tamuku berasa agak panas, soalnya heaternya
rusak. Aku meminta izin untuk tidur, tapi dipaksa temenin ngobrol. Aku
suruh nonton TV saja, tapi mereka tidak mau. Kelihatannya sih
dua-duanyajuga sudah agak mabuk, soalnya pipi mereka merah banget, dan
ngomongnya sedikit ngacau.

Terus aku suruh mereka tidur di kamarku yang queen-sized bed, dan aku
tidur di sofa. Mereka menarikku untuk tidur dengan mereka. Waduh,
rezeki, pikirku.

Aku ikut saja, tiba-tiba mabuk dan puyengku hilang! hehehehe, mungkin
karena pikiran kotor dan feeling bahwa aku akan score dengan mereka berdua.

Kita tiduran di ranjangku, terus aku memeluk Lily karena dia lebih deket
dengan tanganku. Aku menciumnya dan dibalas juga ciumanku. Tanganku
bekerja dari rambutnya, leher, sampai payudaranya yang lumayan besar
buat anak 17 tahun. Kulepas T-shirtnya dengan cepat karna sudah napsu
banget Lama tidak dapat!

Kusedot-sedot dengan kencang puting susunya, dan Lily merintih rintih
Aku melirik ke arah Lianne, ternyata dia berbaring sambil nontonin kita.
Aku cuek saja dan nerusin plorotin celana dan celana dalam Lily. Bulu
kemaluannya masih jarang-jarang dan berwarna pirang juga. Hmm.., lezat…,
sudah lama nggak dapat nih, pikirku sambil memainkan lidahku di liang
kenikmatannya yang sudah merah. Kumainkan lidahku di clitorisnya dengan
cepat, dan lily merintih rintih. Rintihannya semakin membuatku buas. Aku
keluarkan teknik cunnilingus yang diajari teman jepangku, “teknik
meminum air”. Lily meraung raung seperti orang kesetanan, tangannya
menjambak rambutku dan pinggangnya naik turun. Setelah dia beberapa kali
orgasme, aku cium seluruh tubuhnya sampai bibirnya. Terus dia berkata
“do my sister”


Aku melihat ke arah Lianne dan dia sudah telanjang dan bermain dengan
klitorisnya. Aku cium dan sedot payudaranya yang masih belum matang
(maklum 14 tahun), dengan putingnya yang pink. Lianne menggigit bibir
bawahnya, menahan rasa ekstasi. Pelan-pelan kucium seluruh tubuhnya
sampai ke arah liang kewanitaannya. Wah, merah dan rapet banget! rezeki
besar. Kumainkan lidahku di liang kewanitaannya, bermain di
clitorisnya. Lianne merintih-rintih. Aku keluarkan tehnik meminum airku
sampai lianne orgasme dua kali juga.

Kemudian aku berbaring dan kakak-adik itu menciumi seluruh tubuhku.
Aduh, aku merasa duniaku akan hancur, saking enaknya. Sampai mereka
lepas celana boxerku dan bermain dengan penis dan bolaku. penisku nggak
besar-besar banget sih, normal buat orang bule! he.., he.., he.., he..,
kira-kira 7 inchi, tebal dan berurat. Mereka berdua berebut penisku, dan
akhirnya aku menarik Lianne buat duduk di mukaku. Lianne membuka kakinya
dimukaku dan aku bagai disurga! setelah Lianne orgasme lagi, aku
tidurkan dia di sampingku, dan aku suruh Lily untuk naik menunggangiku.
Dengan pelan-pelan, Lily naik memasukkan penisku ke liang kenikmatannya
dengan susah.

Setelah kusuruh dia membasahi penisku dengan ludahnya, akhirnya amblas
juga penisku. Setelah masuk penisku semuanya, pelan-pelan aku naik turun
dan bergerak memutar, sambil memijat-mijat payudara Lily yang tegak dan
kenyal. Aku pelukLily sambil menghunjam penisku dengan cepat. Lily
berteriak teriak keenakan sambil cursing. Kusuruh dia berbalik,
punggungnya menghadap dadaku. My favorite position. Aku naik turun
dengan cepat juga sambil aku menyuruh Lily untuk menggoyangkan
pinggulnya sambil memijit-mijit payudaranya. Entah berapa kali aku
merasakan sesuatu yang hangat di penisku dan Lily berteriak, “Aahh…
fuck… shit!

Saya rasa dia orgasme sampai 3 kali! Aku jilat cairan kewanitaannya
sampai bersih, terus pindah ke Lianne. Aku jilat dan basahi lagi liang
kewanitaannya yang masih merah dan berdenyut-denyut. Aku coba untuk
memasukkan penisku tapi liang senggama Lianne masih kecil banget. Aku
naik ke mulut Lianne dan menyuruh buat mengisap dan membasahi penisku
<http://kumpulanceritaseru.info/aku-melayani-nafsu-bejat-2-polwan>.
Dengan mata tertutup setengah sadar, dia melakukannya. Setelah cukup
basah, aku coba lagi. Sempit banget! tapi senti demi senti masuk
semuanya juga Lianne meraung-raung kesakitan. Aku goyang pelan-pelan,
sambil menyedot puting susunya yang masih pink dan muda banget,
missionary style.

Terus aku menyuruhnya berbalik, doggie style, tanpa melepas penisku dari
liang kewanitaannya. Aku dorong-dorong, memutar, naik turun seperti
rodeo, sambil memeluk tubuh Lianne yang meronta-ronta seperti ikan
kehabisan air aku cium rambutnya, menggigit gigit pelan bahunya dan
memainkan jari-jariku di kelentitnya.

Sekitar 20 menit kemudian, setelah beberapa gaya dan setelah Lianne
orgasme untuk ke entah berapa kalinya, aku keluar juga. Aku tiduri
mereka berdua side by side dan memuncratkan spermaku ke muka mereka.

Sehabis itu kita tidur, tapi aku belum puas juga dengan Lianne yang
liang kenikmatannya sangat rapat. Dengan posisi 69 aku bermain dengan
liang surganya, entah sampai berapa lama.

Besoknya, di meja makan, kita ketawa-tawa dan bercanda-canda. Tapi
malamnya, mereka bercerita apa yang sebenarnya terjadi pada mereka.
Ternyata mereka di perkosa oleh pacar ibu mereka, dan mereka lari dari
rumah. Selama 5 hari penuh berpesta seks, aku akhirnya menyuruh mereka
untuk telepon pulang. Setelah lama aku bujuk, akhirnya mereka telepon
pulang. Ibu mereka khawatir sekali dan ingin mereka pulang segera. Pacar
ibunya sudah di tangkap oleh yang berwenang.


Aku beri $100 buat Lily dan Lianne, untuk uang saku dan ongkos naik bus.
Setelah itu, aku antar ke Bus Station, dan mereka said bye-bye dengan
ciuman mesra di pipi kiri dan kanan.

THE END

Sumber
Baca Selengkapnya >>

Kisah Tita, Mantan Pacar Adikku - Cerita Dewasa

Aku kembali menceritakan pengalamanku yang tentunya tetap seru dan membuat jantung kalian berdebar-debar. Kali ini aku kembali menceritakan kisah nyataku yang terjadi sekitar 1 tahun lalu.

Siang itu aku sendirian di rumah. Ayah, Ibu dan adik-adikku sedang ada acara masing-masing. Aku yang memang sedang tidak ada acara, bertugas untuk menjaga rumah. Daripada tidak ada kerjaan dan melamun sendirian, aku berniat untuk membersihkan rumah.

"Aku mau memberikan kejutan yang baik kepada orang-tuaku..." pikirku waktu itu.

Ketika aku sedang membersihkan kamarku (waktu itu aku masih tidur berdua dengan Dewi, adikku yang bungsu), aku menemukan foto Dewi dengan mantan pacarnya waktu SMU yang bernama Herland. Keluargaku dan Herland sudah cukup dekat, bahkan dia sudah aku anggap sebagai adik kandungku sendiri. Tapi sejak Dewi putus darinya dan sudah memiliki pacar baru, Herland mulai jarang main ke rumah.

Tiba-tiba aku yang kangen dengan Herland karena sudah jarang bertemu, sempat berpikir kenapa tidak aku undang saja dia main ke rumah. Kemudian aku mengirim SMS ke nomer Herland yang masih aku simpan di Handphone-ku. Aku sengaja tidak memberitahukan kalau keluargaku sedang tidak ada di rumah semuanya, termasuk Dewi. Takut saja kalau Herland nanti merasa segan untuk main ke rumah. Aku sebenarnya berencana mau menjodohkan lagi Dewi dengan Herland agar dapat berpacaran kembali. Siapa tau dengan mengundang Herland ke rumah semuanya akan sesuai dengan rencana.

Sesaat setelah mengirimkan SMS, aku melanjutkan membersihkan kamarku yang sempat terhenti sesaat, sambil menunggu balasan darinya. Sesekali aku melihat Handphone-ku apakah sudah ada balasan dari Herland atau belum, namun cukup lama menunggu aku belum juga mendapatkan balasan darinya. Sampai akhirnya aku lupa sendiri dan larut dalam pekerjaanku.

Ketika membereskan lemari baju di kamar adikku yang cowok, aku menemukan sekeping DVD tanpa cover. Karena penasaran aku mencoba menyetel DVD tersebut di ruang tengah.

Di layar TV sekarang terpampang sepasang bule yang sedang saling mencumbu. Pertama mereka saling berciuman, kemudian satu persatu pakaian yang melekat mereka lepas. Si cowok mulai menciumi leher ceweknya, kemudian turun ke payudara. Si cewek tampak menggeliat menahan nafsu yang membara. Badanku gemetar dan jantungku berdegup kencang karena ternyata DVD tersebut adalah Blue Film.

Aku yang tadinya berniat menghentikan film tersebut dan mengembalikan ke tempatnya, memutuskan untuk melanjutkan saja. Di tengah-tengah film, pikiranku menerawang mengingat saat terakhir aku dan teman-teman kampus Dewi menonton DVD seperti itu yang dilanjutkan bersetubuh dengan mereka.

Birahiku tiba-tiba saja semakin tinggi. Aku memang sudah seminggu ini tidak melakukan masturbasi. Sehingga selama menonton, tanpa sadar bajuku sudah tidak karuan. Kaos berwarna hitam yang aku pakai, sudah terangkat sampai di atas payudara. Kemudian Bra-ku sudah dalam keadaan terlepas. Kuelus-elus sendiri payudaraku sambil sesekali kuremas. Sungguh enak sekali rasanya, apalagi kalau sampai terkena putingnya.

Celana pendekku sudah aku turunkan sampai sebatas mata kaki, lalu tanganku aku masukan ke balik celana dalam dan langsung menggosok-gosok klitorisku. Sensasinya sungguh luar biasa! Semakin lama aku semakin gencar melakukan masturbasi, rintihanku semakin keras. Tangan kananku semakin cepat menggosok klitoris, sementara yang satunya sibuk meremas-remas toketku sendiri.

"Oohh.. Ooohh.." desahku yang sudah merasa hampir mencapai orgasme.

Tiba-tiba, pintu depan diketok. Tentu saja aku gelagapan memakai pakaianku yang terbuka disana-sini. Setelah itu aku mematikan DVD player tanpa sempat mengeluarkan Disc-nya.

"Aduh gawat...!!" pikirku panik.

"Siapa ya? Apa jangan-jangan Ayah dan Ibu? Tapi kan baru sebentar..." aku mulai kuatir.

Dengan terburu-buru aku membukakan pintu. Ternyata di depan pintu berdiri sosok yang sudah aku kenal, yaitu Herland mantan pacar adikku.

"Halo Teteh! Tadi SMS Herland ya? Maaf ya udah lama gak main nih..." katanya dengan ceria.

"Kirain Herland gak bisa datang? Kok nggak jawab SMS Teteh dulu sih?" tanyaku.

"Emang sengaja Teh. Kan Herland mau ngasih surprise sama keluarga mantan pacar nih..." jawabnya sambil tersenyum cuek.

"Oh gitu? Teteh kirain Herland udah nggak mau lagi main ke rumah..." candaku sambil mempersilakan duduk di ruang tamu.

Herland tersenyum mendengar candaku, mungkin dia juga sudah sangat kangen dengan sikap akrab yang diberikan oleh keluargaku.

"Kok sepi banget sih Teh? Yang lain lagi pada kemana?" tanyanya bingung melihat suasana rumahku yang lengang.

"Sedang ada acara masing-masing tuh. Dewi juga lagi pergi sama temannya, jadi di rumah cuma ada Teteh doang. Maaf ya Teteh gak kasih tau Herland sebelumnya. Abisnya Teteh juga udah lama gak ngobrol sama Herland sih..." aku mencoba menerangkan dan berharap Herland dapat maklum.

Terus terang saja, aku sudah sangat kangen dengan Herland. Ternyata Herland pun mau mengerti maksudku. Apalagi dia juga sudah menganggap keluargaku seperti keluarga sendiri, dia saja memanggil namaku dengan 'Teteh' berbeda dengan kebanyakan teman-teman Dewi yang memanggilku dengan 'Kakak'. Maklum saja keluarga Herland termasuk Broken Home, tapi tidak berarti dia nakal seperti layaknya anak yang tumbuh tanpa pengawasan orangtua.

Karena sudah lama aku tidak mengrobrol dengan Herland, kami berbicara banyak mengenai berbagai hal. Aku juga sempat memperhatikan di usianya yang menginjak 17 tahun, ia mulai tumbuh sebagai seorang pria dewasa. Walaupun secara fisik wajahnya yang terbilang biasa saja belum banyak berubah, tinggi badannya juga masih tidak berbeda denganku, hanya sekitar 160 cm. Tapi sikapnya yang sekarang sudah jauh lebih dewasa.

Setelah cukup lama mengobrol, aku baru sadar kalau tubuhku dalam keadaan kotor setelah berberes rumah. Aku kemudian pamit dengan Herland untuk mandi. Setelah aku selesai mandi dan berpakaian, aku mengajaknya untuk makan siang bersama. Di saat makan, aku merasa Herland terus memperhatikan tubuhku yang saat itu memakai kaos putih ketat dan hotpants warna kulit.

"Huh, dasar cowok! Dimana-mana sama aja...!" omelku dalam hati.

Namun aku bisa memaklumi dia, karena pasti tubuh mungilku saat itu terlihat sangat sexy dan menggiurkan.

"Ada apa Land? Kok ngelamun sih? Lagi mikirin Dewi ya?" aku berpura-pura menanyakan hal lain untuk menyadarkan lamunannya.

"Ah, enggak kok Teh. Dewi kan sekarang udah punya pacar baru..." ujar Herland sekenanya.

"Herland jangan pulang buru-buru yah. Tadi Teteh udah kasih tau ke Dewi kalau Herland sedang ada di rumah..." kataku berharap supaya Herland dapat lebih lama di sini.

"Iya deh Teh. Herland juga mau di sini dulu sampe semuanya pulang..." jawabnya.

"Ya udah, Herland nonton TV dulu aja. Teteh mau masuk ke kamar dulu. Mau istirahat sebentar..." lanjutku.

"Ya udah Teh, nggak apa-apa kok. Teteh istirahat aja dulu..." kata Herland.

Setelah pamit ke Herland, aku beranjak masuk ke kamar tidur. Setelah menutup pintu kamar, aku bercermin. Wajahku terbilang manis, kulit kuningku juga bersih dan mulus karena sering luluran. Walaupun badanku mungil, tapi terbilang proporsional. Bajuku kemudian aku lepas dan mencopot Bra-ku, karena aku terbiasa tidur tanpa menggunakan Bra. Kemudian aku memperhatikan payudara milikku yang berukuran kecil namun kencang, dan tentu saja semakin membuat tubuhku tampak indah, karena sesuai dengan postur mungilku.

Aku tersenyum sendiri melihat hotpants-ku yang memang membuat aku tampak sexy. Pantas saja Herland sampai memperhatikan tubuhku seperti itu. Aku yang dalam keadaan cukup lelah, merebahkan diriku sebentar di atas kasur tanpa memakai kaos dan mencoba beristirahat sejenak. Belum lama beristirahat, aku mendengar suara rintihan dari ruang tengah yang tepat berada di depan kamarku. Astaga! Aku baru ingat, itu pasti suara dari DVD porno yang lupa aku keluarkan tadi. Apa Herland sedang menyetelnya? Penasaran, aku pun bangkit dari tempat tidurku, dengan terburu-buru aku memakai kaos tanpa sempat memakai Bra terlebih dahulu, kemudian dengan perlahan-lahan aku keluar dari kamarku.

Begitu aku membuka pintu kamar, aku melihat pemandangan yang mendebarkan. Herland sedang berada di karpet depan TV sambil mengeluarkan penisnya dan mengocok-ngocoknya sendiri. Ternyata penisnya cukup besar juga untuk anak seusia dia, kurang lebih sekitar 14 cm dan sudah tampak tegang sekali.

Aku berpura-pura batuk, kemudian dengan tampang seolah-olah mengantuk aku mendekati Herland dan ikut duduk disampingnya. Dia tampak kaget menyadari aku sudah berada di sampingnya. Lalu dengan terburu-buru dia memasukkan penisnya ke dalam celananya lagi.

"Eh, Te...teh ga-ak jadi istira...hat ya...?" kata Herland salah tingkah.

Kemudian dengan wajah panik dia mengambil remote DVD dan hendak mematikan filmnya.

"Iya nih Land, gerah banget di dalam. Eh, filmnya nggak usah dimatiin. Kita nonton berdua aja yuk! Kayaknya seru tuh..." ujarku sambil menggeliat sehingga menonjolkan payudaraku yang hanya terbungkus oleh kaos putih ketatku saja.

"Hah? Teteh mau i-ikut nonton...? Jangan Teh Herland malu..." katanya gugup.

"Kok Herland masih malu? Kayak sama siapa saja. Herland kan sudah seperti keluarga sendiri, masa masih malu sama Teteh?" kataku meyakinkannya.

"I-iya deh..." jawab Herland dan tidak jadi mematikan DVD-nya.

Dengan santai aku duduk di samping Herland sambil ikut menonton. Aku mengambil posisi bersila sehingga hotpants-ku semakin tertarik dan memperlihatkan paha mulusku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan bintang porno itu memang sungguh menakjubkan, mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik ke arah Herland yang sejak tadi bergantian antara memandangi adegan panas tersebut dan terkadang juga melihat ke arah paha dan payudaraku. Terlihat ia berkali-kali menelan ludahnya. Nafasku juga mulai memburu karena terangsang melihat Film tersebut.

"Land, kamu udah pernah bersetubuh?" tanyaku tiba-tiba.

"Eh, kok Teteh tau-tau nanya kayak gitu sih?" jawab Herland bingung.

Herland agak kaget mendengar pertanyaanku, soalnya saat itu matanya asyik mencuri pandang ke arah puting payudaraku yang tercetak pada kaos putihku. Aku semakin memanaskan aksiku, sengaja kakiku kubuka lebih lebar sehingga sekarang cetakan vagina pada Hotpants-ku terlihat jelas.

"Gak usah malu Land. Teteh bisa jaga rahasia kok...!" tanyaku semakin penasaran.

"Belum pernah kok Teh... Beneran deh!" jawab Herland tersipu.

"Tapi kamu udah sering nonton Film kayak gini kan?" pancingku.

"Lumayan sering sih Teh. Tapi paling Herland nontonnya rame-rame, atau kalo lagi nonton sendirian sambil ngocok deh..." jawabnya mulai santai.

"Land, menurut kamu Teteh cantik gak sih?" lanjutku terus menggoda Herland.

"Iya Teh! Sebenernya dari dulu Herland udah merhatiin kalo Teteh tuh cantik..." timpal Herland.

Merasa dipancing seperti itu Herland mulai memberanikan diri untuk memegang tanganku. Aku sedikit kaget, namun membiarkan tanganku dibelai oleh telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Herland basah oleh keringat karena gugup. Karena aku biarkan, dia terus membelai-belai bagian tangan seraya perlahan-lahan mulai naik untuk mengusap pergelangan tanganku. Aku pasrah saja ketika Herland memberanikan diri melingkarkan tangannya pada bahuku. Namun tampaknya ia belum berani untuk menatap mataku. Sambil terus memeluk bahuku, tangan kanannya mulai berani memegang-megang payudaraku.

"Enak ya Teh diginiin...?" tanya Herland disela permainan tangannya.

"Emph... Emph..." aku hanya merintih menikmati remasan Herland pada payudaraku.

Sambil memegang payudaraku, dengan ganas Herland mulai menciumi bibir dan leherku. Akupun dengan tak kalah ganasnya membalas ciuman-ciumannya. Keganasan kami berdua membuat suasana ruangan ini menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan rintihan-rintihan erotis. Setelah beberapa menit kami berciuman, aku yang sudah terangsang berat berniat untuk melanjutkan ke bagian yang lebih jauh lagi.

"Land... Sebentar deh. Teteh buka kaos dulu ya..." kataku menghentikan pegangannya.

Herland hanya mengangguk mendengar kata-kataku. Tentu saja dia pasti sudah tidak sabar untuk melihat payudaraku yang tanpa terbungkus apa-apa.

"Land, payudara Teteh bagus gak?" ketika aku sudah mencopot kaos ketatku sehingga payudaraku sudah terpampang jelas di hadapannya.

"Ba-bagus Teh...!" jawabnya dengan terbata-bata.

Herland tampak melotot menyaksikan bagian atas tubuhku yang menggoda. Hal itu malah membuat aku semakin terangsang dan melanjutkan perbuatanku. Merasa terus dipancing seperti itu, Herland tampaknya tidak tahan lagi. Ia langsung melumat bibirku sambil meraba-raba payudaraku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi. Aku memejamkan mata meresapinya, Herland semakin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya berusaha memainkan vaginaku dari luar. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku sehingga lidahku pun ikut bermain. Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk mengikuti arus permainan. Dengan kuluman lidah Herland yang agresif, ditambah remasan-remasan telapak tangannya pada kedua payudaraku, birahiku pun dengan cepat naik. Sementara di bawah sana kurasakan tangan Herland sudah mulai meraba pahaku yang mulus.

"Aaaaahh Herlaaand.... Aaaahhhhhhh...." aku mendesah panjang merasakan nikmat yang melanda diriku.

"Mulus banget paha Teteh! Bikin gemes Herland aja nih...!" sahut Herland sambil tangannya merayap naik lagi ke selangkanganku.

"Sekarang giliran Teteh yang liat badan Herland!" pintaku kepada Herland.

Herland yang tadinya malu-malu semakin salah tingkah mendengar permintaanku. Karena sudah sangat bernafsu aku memaksa Herland untuk mencopot seluruh pakaiannya hingga dia bugil. Aku semakin terangsang melihat tubuh bugil Herland dari dekat. Badannya walaupun agak kurus tapi cukup berotot. Penisnya sudah mengacung tegak dan membuat jantungku berdebar cepat. Entah kenapa, kalau waktu dulu ngebayangin bentuk penis cowok aja rasanya jijik tapi ternyata sekarang malah membuat darahku berdesir.

"Wah penis kamu udah tegang banget Land! Bentuknya bagus... Teteh boleh isep ya...!?" tanyaku tidak sabar.

Tanpa menunggu persetujuannya aku langsung mengocok, menjilat dan mengulum batang kemaluannya dengan semangat.

"Slurp... Slurp... Slurp... Mmmh! Slurp... Slurp... Slurp... Mmmh..." penis Herland terasa nikmat sekali di mulutku.

"Teh... Aaaah... Enaaakk...! Dari dulu emang Herland pengen banget ngerasain mulut Teteh ngisep kontol Herland. Akhirnya kesampaian juga...!" katanya sambil terus menikmati hisapanku pada penisnya.

Aku semakin bernafsu menghisap penisnya, terkadang aku juga menjilat buah zakarnya sehingga Herland mulai mendesah.

"Hmm... nikmat banget penis kamu Land!" kataku memuji kenikmatan penisnya.

"Aaaaahh.. Eeennakk banget! Teteh udah pengalaman yah?" ceracau Herland menikmati hisapanku.

Aku hanya melanjutkan hisapanku tanpa menghiraukan pertanyaan Herland. Setelah beberapa menit merasakan hisapanku pada penisnya, Herland akhirnya tak kuat lagi menahan nafsu. Didorongnya tubuhku hingga terlentang di karpet, lalu diterkamnya aku dengan ciuman-ciuman ganasnya. Tangannya tidak tinggal diam dan ikut bekerja meremas-remas payudaraku.

"Ahh... Mmmh.. Uuuh.. Eenak Land..." desahku keenakan.

Aku benar-benar merasakan sensasi luar biasa. Sesaat kemudian mulutnya menjilati kedua putingku sambil sesekali diisap dengan kuat.

"Auwh... Nikmaaaat bangeett... Aaah...!" desahanku semakin kencang.

Aku menggelinjang, tapi tanganku justru semakin menekan kepalanya agar lebih kuat lagi mengisap pentilku. Sejurus kemudian lidahnya turun ke arah vaginaku. Tangannya menarik Hotpants dan celana dalamku. Mata Herland seperti mau copot melihat vaginaku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi.

"Vagina Teteh bagus gak Land bentuknya..?" tanyaku penasaran.

"Bagus banget Teh! Herland suka banget memek yang nggak ada bulunya kayak gini. Mana masih rapet banget lagi..." jawabnya.

Sekarang tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Lalu dengan lembut Herland membelai permukaan vaginaku. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya meremas-remas dadaku.

"Sshhhh..." desahku dengan agak gemetar ketika jarinya mulai menekan bagian tengah kemaluanku.

Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek vaginaku, aku meringis ketika merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku sudah mulai naik, mengucurlah cairan pra-orgasmeku. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli sekaligus nikmat di bawahku sehingga tangan Herland terhimpit diantara kedua paha mulusku.

"Eemmhh... Enaaaakk bangeettt...!" aku terus mendesah membangkitkan nafsu Herland.

Setelah dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia jilati cairanku dijarinya itu, aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini dia mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya.

Setelah puas memainkan jari-jarinya di vaginaku, kurasakan Herland mulai menjilati pahaku yang mulus, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Kemudian Herland membuka vaginaku lebar-lebar sehingga klitorisku menonjol keluar, aku hanya dapat bergetar saat kurasakan lidahnya menyusup ke pangkal pahaku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya sungguh nikmat, geli-geli enak seperti mau pipis. Herland terus menjilatinya dengan rakus sambil sesekali menggigit kecil klitorisku atau terkadang dihisapnya dengan kuat. Tangannya juga terus mengelus paha dan pantatku yang mempercepat naiknya libidoku.

"Aaahh Herlaaannnd!! Uuuhh.. Eenak... Terus...!" jeritku.

"Slurp... Slurp... memek Teteh gurih banget... Mmmh... Slurrrppp..." katanya disela-sela menjilati vaginaku yang sudah mulai basah.

Herland terus menjilati vaginaku sampai akhirnya aku nggak tahan lagi. Tidak sampai lima menit, tubuhku mulai mengejang, rasa nikmat itu menjalar dari vagina ke seluruh tubuhku.

"Aaaaaaaaaahh..." aku menjerit panjang merasakan nikmat pada seluruh tubuhku.

Tampaknya aku mencapai orgasme yang pertama akibat permainan jari ditambah dengan jilatan-jilatan lidah Herland pada vaginaku.
Aliran orgasmeku diseruputnya dengan bernafsu. Aku mendesis dan meremas rambutnya sebagai respon atas tindakannya. Vaginaku terus dihisapinya selama kurang lebih lima menitan. Sensasi itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah kemudian Herland melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku.

"Emang enak banget deh cairan memeknya Teteh...!!" puji Herland kepadaku.

"Herland jago banget sih bisa bikin keluar Teteh..." aku juga ikut memuji Herland.

"Teteh udah keluar kan? Sekarang giliran Herland yah..." pintanya.

"Herland mau Teteh apain?" tanyaku yang masih dalam keadaan lemas karena baru mencapai orgasme.

"Sepongin kontol Herland lagi dong! Abisnya bikin ketagihan sih!" jawab Herland.

Lalu Herland duduk di sofa sambil kembali memamerkan penis miliknya yang sudah sangat tegang. Aku bersimpuh dihadapannya dengan lututku sebagai tumpuan. Kuraih penis itu, pertama kukocok dengan lembut kemudian semakin cepat dan pelan lagi. Hal itu tentunya semakin memainkan birahi Herland.

"Aaaah... Teteeeeh...! Enaak bangeeet..." Herland semakin mendesah kencang.

Setelah puas mengocok-ngocok penisnya, aku mulai menjilati batangnya dengan pelan. Mungkin karena Herland sudah dikuasai hawa nafsu, dengan setengah memaksa dia mengarahkan batang penisnya ke mulutku yang dan kemudian menjejali penisnya ke mulutku. Aku yang tak punya pilihan lain langsung memasukkan penis itu ke mulutku. Kusambut batangnya dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma khas pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya. Lalu kupakai ujung lidahku untuk menyeruput lubang kencingnya. Hal itu membuat Herland blingsatan sambil meremas-remas rambutku.

"Sluurpp... Sluuuurp... Mmmmmh.." desahku sambil menikmati setiap jengkal penisnya.

"Enak ya Land...? Hmm...?" tanyaku sambil mengangkat kepala dari penis Herland dan menatapnya dengan senyum manisku

"Enaaak banget Teh..." Herland mendesah-desah keenakan.

Herland mulai mengerang-erang keenakan, tangannya meremas-remas rambutku dan kedua payudaraku. Aku semakin bernafsu mengulum, menjilati dan mengocok penisnya. Kusedot dengan keras penis hitam itu. Kubuat pemiliknya medesah-desah, aku juga memakai lidahku untuk menyapu batangnya. Aku dapat melihat ekspresi kenikmatan pada wajah Herland akibat teknik oralku.

"Oooh... Terus Teehh... Herland hampir keluar...!" Herland semakin mendesah.

Karena Herland sudah hampir keluar, aku melepaskan hisapanku pada penisnya dan mulai mengocoknya. Aku semakin bersemangat memainkan penis miliknya yang kepalanya sekarang berwarna lebih kehitaman. Semakin lama aku semakin cepat mengocoknya.

"Aaahh... Herland keluaaaarrr Teeeh..!!" desahan Herland semakin kencang.

"Croot.. Croot.." tak lama kemudian penisnya menyemburkan sperma banyak sekali sehingga membasahi rambut mulut, wajah, payudara dan hampir seluruh tubuhku. Dengan sigap aku menelan dan menjilati sperma Herland seperti seorang yang menjilati es krim dengan nikmatnya. Aku benar-benar menikmati permainan ini.

"Eeehhmmm... Sluuurp..." aku terus menikmati menghisap penisnya.

Kemudian aku meneruskan untuk mengusap dan aku jilati semua spermanya yang berceceran di tubuhku sampai tak tersisa. Lalu aku hisap penisnya dengan kuat supaya sisa spermanya dapat kurasakan dan kutelan. Setelah aku yakin spermanya sudah benar-benar habis, aku melepaskan hisapan pada penisnya, kemudian benda itu mulai menyusut pelan-pelan.

"Nikmatnya sperma kamu Land..." bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa spermanya yang masih menempel pada bibirku.

"Obat awet muda ya Teh..." kata Herland bercanda.

"Yaa begitulah... Makanya Teteh tetep awet muda kan?" aku ikut membalas candanya.

Walaupun sudah sempat mencapai orgasme, namun birahiku belum juga padam. Aku berpikiran untuk melanjutkan permainan kami ke tahap selanjutnya.

"Land.. Ayo sekarang masukin penis Herland ke vagina Teteh! Udah nggak tahan nih..." perintahku yang masih dikuasai hawa nafsu.

Tanpa pikir panjang lagi, Herland lalu mengambil posisi duduk, kemudian diacungkan penisnya dengan ke arah lubang vaginaku. Aku mengangkangkan kakiku lebar-lebar siap menerima serangan penisnya. Pelan-pelan dimasukkannya batang penisnya itu ke dalam vaginaku.

"Uuhh… Nnggghhh…!" desisku saat penis yang sudah sangat keras itu membelah bibir kemaluanku.

"Teteh mau tau apa yang pengen Herland lakuin ke Teteh dari dulu? Herland pengen ngentot Teteh sampai ketagihan...!!" katanya sambil tersenyum nakal.

"Aaaauw... Pelan-pelan dong Land... Aaakh..." desahku sedikit kesakitan.

Walaupun sudah tidak perawan lagi, tapi vaginaku masih sempit. Mungkin juga karena penis Herland termasuk besar ukurannya.

"Auuhh.. Enaaak Land..." desahku yang semakin merasakan nikmat.

Herland tampak merem-melek menahan nikmat. Tentu saja karena Herland baru pertama kali melakukan ini. Lalu dengan satu sentakan kuat penisnya berhasil menancapkan diri di lubang kenikmatanku sampai menyentuh dasarnya.

"Aaaahh... Nikmaat bangeett Laaand...." teriakku.

Aku melonjakkan pantatku karena merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kurasakan cairan hangat vaginaku mengalir di pahaku. Masa bodoh dengan status Herland yang adalah mantan pacar adikku! Sudah kepalang tanggung pikirku, aku ingin merasakan nikmatnya bersetubuh hingga orgasme dengan Herland. Sesaat kemudian Herland memompa pantatnya maju mundur.

"Jrebb! Jrebb! Jrubb! Crubb!" suara penisnya sedang keluar masuk di vaginaku.

"Aakh...! Aaaakh...! Nikmaaat banget... Laand..." aku meneriakkan nama Herland.

Aku menjerit-jerit karena merasakan nikmat yang luar biasa saat itu. Vaginaku yang sudah basah sekarang dimasuki dengan lancar oleh penis Herland yang sangat tegang itu.

"Ooh... Lebih keras lagiii Laand... Lebih cepaaat..." jeritku kenikmatan.

Keringat kami yang bercucuran menambah semangat gelora birahi kami. Tapi Herland malah mencabut penisnya, mungkin ia lelah dengan posisi ini.

"Dasar ABG...!" umpatku dalam hati.

Aku jadi tidak sabar lalu bangkit dan mendorongnya hingga telentang. Kakiku kukangkangkan tepat di atas penisnya, dengan birahi yang memuncak kuarahkan batang penis Herland untuk masuk ke dalam liang vaginaku.

"Ooooooh.. Herlaannddd...!!" aku menjerit keenakan.

Lalu dengan semangat aku menaik turunkan pantatku sambil sesekali aku goyangkan pinggulku.

"Ouuh.. Memek Teteh enak bangeeet...! Penis Herland serasa dipijat..." desahnya.

"Uggh.. Uuuh.. Penis Herlaaand... Juga nikmaat..." aku juga memuji keperkasaan penisnya.

Kedua tubuh kami sudah sangat basah oleh keringat. Karpet di ruangan ini pun sudah basah oleh cairan sperma Herland maupun lendir yang meleleh dari vaginaku. Namun entah kekuatan apa yang ada pada diri kami, kami masih saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang. Aku menghujamkan vaginaku berkali-kali dengan irama sangat cepat. Aku merasa semakin melayang. Bagaikan kesetanan aku menjerit-jerit seperti kesurupan. Akhirnya setelah setengah jam kami bergumul, aku merasa seluruh tubuhku bergetar hebat.

"Teeeh... Herland bentar lagi keluar nih...!" erangnya panjang sambil meringis.

Hal yang sama pula dirasakan olehku, aku tidak sanggup lagi menahan gelombang orgasme yang menerpaku demikian dahsyat.

"Aaaaaah... Teteeeh juga udah mau keluar Land...!! Kita keluar sama-sama Land...!!" aku berteriak kencang karena sudah hampir mencapai orgasme.

"Oooohh… Teeehhh... Aaaaaahh...!!" Herland berteriak panjang.

Goyanganku semakin kupercepat dan pada saat yang bersamaan kami berdua saling berciuman sambil berpelukan erat. "Cret.. Cret.." kami berdua mengerang dengan keras sambil menikmati tercapainya orgasme pada saat yang bersamaan. Aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, sedangkan vaginaku juga mengeluarkan cairan yang sangat banyak, tanda aku sudah mencapai orgasme untuk yang kedua kalinya. Dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan kami. Aku memeluk erat-erat tubuh Herland sampai dia merasa sesak karena aku memeluknya dengan sangat kencang. Kami seakan sudah tidak peduli bila tetangga sebelah rumahku akan mendengarkan jeritan-jeritan kami.

Herland mencabut penisnya vaginaku dan akhirnya kami berdua hanya bisa tergeletak lemas di atas karpet dengan tubuh bugil bermandikan keringat.

"Aaahh... Land... kamu hebaaat banget Land..." pujiku sambil mengistirahatkan tubuh yang sudah lemas ini.

"Herland ju... ga Teh... Haaah.... Haaaah... Terima kasih untuk kenik... matan ini... Belum pernah Herland merasakan nikmat yang luar biasa seperti ini..." jawab Herland sambil terengah-engah seraya mengecup keningku dengan mesra.

Setelah merasa kuat untuk bangun, kami berdua beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari sperma, keringat dan liur. Tapi di kamar mandi kami tidak melakukan persetubuhan lagi, melainkan hanya berciuman dengan mesra saja, karena kami takut tiba-tiba Dewi atau keluargaku yang lain akan segera pulang. Siraman air pada tubuhku benar-benar menyegarkan kembali pikiran dan tenagaku setelah seharian penuh "bermain" dengan Herland.

Kami berdua pun membersihkan ruang di sekitar "medan laga" tadi dengan menyemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi. Setelah beres, kami pun sedikit berbincang mengenai kejadian tadi. Aku yang sempat ragu apa benar Herland belum pernah bersetubuh, karena dia sudah terlihat ahli, bertanya lagi kepadanya. Ternyata dari pengakuannya, memang Herland belum pernah melakukan persetubuhan dengan siapapun, termasuk Dewi. Herland mengaku melakukan ini hanya berdasarkan yang dia lihat dari DVD ataupun internet saja.

Di dalam pikiranku, aku juga merasa bersalah sekaligus kasihan kepada Dewi yang belum sempat merasakan nikmatnya penis Herland. Tentu saja kehilangan keperjakaan dengan kakak mantan pacarnya adalah pengalaman yang sangat mengesankan bagi Herland. Dia berharap kami dapat melakukannya lagi kapan-kapan. Aku pun juga berharap dapat menikmati penis Herland lebih sering lagi.

Sumber
Baca Selengkapnya >>

Gadis Seksi Bugil Di Pinggir Pantai

Gadis Seksi ini Bugil di Pantai, simak langsung gan.,.





Sumber
Baca Selengkapnya >>